Eva fauziah

Muqoddimah

Teropong kalbu; meneropong raga dan jiwa, nun di kedalaman raga kalbu memimpin jiwa. Meneropong kalbu memberi secercah cahaya.

Eva Fauziah

Oase Peradaban

Seorang ibu adalah oase bagi kerontangnya peradaban. Ia bukan sekadar fatamorgana. Ibu, di telapak kakimu kunci surga di hamparkan. Jangan sekali-kali kau tendang jauh karena kunci itu akan hilang selamanya.

taro link gambar di sene
Selamat datang di blog saya, hubungi saya melalui e-mail jika ingin mendapatkan info. Terima kasih, maaf saya hanya ingin berbagi dengan tetap memegang etika penulisan

Rabu, 28 November 2012

Lesson Study



Implementasi Lesson Study sebagai Upaya Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia di SMP Kabupaten Cirebon

Eva Fauziah

Abstrak

Lesson study merupakan alternatif yang dapat dilakukan oleh guru bersama teman sejawatnya dalam rangka membudayakan belajar sepanjang hayat untuk terus meningkatkan kompetensi pedagogiknya secara mandiri yang berdampak langsung bagi perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran di dalam kelas. Oleh karena itu, implementasi lesson study sebagai model pembinaan dan peningkatan kompetensi pedagogik guru bahasa Indonesia memerlukan dukungan dari pihak-pihak terkait terutama kepala sekolah dan dinas pendidikan. Tanpa dukungan itu, maka lesson study hanyalah “mimpi” bagi guru-guru yang memiliki motivasi untuk meningkatkan kemampuannya.
Kata Kunci: lesson study, kompetensi pedagogik, peningkatan mutu pembelajaran

A. Pendahuluan
Observasi penulis antara bulan April sampai dengan Desember 2011 di beberapa sekolah serta amatan di sekolah tempat mengajar sejak tahun 1989 sampai dengan sekarang menunjukkan bahwa masih ada guru-guru yang tidak mau berubah atau tidak mampu berubah setelah mengantongi sertifikat pendidik. Guru-guru tersebut tidak menunjukkan peningkatan mutu kinerja sebagai guru profesional. Tunjangan profesi yang diterimanya bukan untuk meningkatkan kualitasnya sebagai tenaga profesional melainkan untuk keperluan lain yang bersifat konsumtif. Pembelajaran di kelas masih tetap bersifat transfer ilmu dengan iklim yang tetap “konvensional” (JICA, 2009:1), yakni guru berdiri di depan kelas berceramah kepada siswanya dengan suara yang tegas dan lantang dengan sesekali menulis di papan tulis. Fokus utama guru adalah bagaimana mentransfer berbagai macam informasi yang tercantum pada buku teks kepada siswa. Guru tidak pernah berpikir tentang minat dan perhatian siswa selama pembelajaran. Pada situasi lain ditemukan, rencana pembelajaran (RPP) dibuat jika akan ada supervisi dari kepala sekolah dan dibuat sekadar memenuhi kewajiban administratif. Pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas berbeda dengan RPP yang dipersiapkan. Sebagai contoh, dalam kegiatan inti pembelajaran dituliskan diskusi kelompok, tetapi kenyataan di kelas guru menggunakan metode ceramah dan siswa mendengarkan. Setelah itu, guru memberi soal, siswa mengerjakan secara individual. Penilaian kinerja guru oleh kepala sekolah maupun dinas pendidikan melalui pengawas belum memperolah hasil yang memadai.
Pembelajaran yang baik tidak lagi bergantung pada teknik pengajaran tetapi lebih membutuhkan kemampuan guru untuk menerima siswa sebagai manusia yang bebas. Di samping itu, guru juga harus peka terhadap situasi pembelajaran siswa yang terus-menerus berubah selama pembelajaran berlangsung. Tidak mudah memenuhi “dinamika pelajaran” (JICA, 2009:5) sebab guru harus melakukan refleksi terhadap praktik pengajaran dan berusaha terus meningkatkan praktik pengajarannya. Untuk itu, lesson study menawarkan solusi terhadap pembinaan guru berkelanjutan. Hal tersebut terlihat dari pengertian lesson study sebagai model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip  kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.
Keingintahuan yang sangat kuat mengenai implementasi lesson study membawa penulis mengikuti tahap do dan see pada putaran kedua program lesson study MGMP Matematika Kabupaten Cirebon di SMP Negeri 1 Karang Sembung pada 6 Oktober 2011. Dari amatan yang dilakukan di sekolah tersebut, penulis memperoleh gambaran bahwa lesson study mampu membangun suasana kekeluargaan dalam kolaborasi, baik pada saat pra open yakni briefing yang dipimpin oleh kepala sekolah dan penjelasan singkat dari guru model tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan pada hari itu, maupun pada saat refleksi. Saling melihat pembelajaran yang dilakukan orang lain, saling membantu mencari pemecahan masalah dalam pembelajaran, tidak saling menyalahkan, dan suasana pembelajaran di dalam kelas berlangsung kondusif karena diperhatikan oleh banyak orang menjadikan siswa tidak main-main dalam belajar, seluruh aktivitas siswa dapat dipantau dengan baik. Selanjutnya, sekolah yang siap melaksanakan lesson study untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah SMP Negeri 2 Gunung Jati dan SMP Negeri 2 Plered. Lesson study yang dilakukan di kedua sekolah tersebut adalah lesson study berbasis sekolah.
Penelitian dilakukan pada empat SMP di Kabupaten Cirebon yakni SMP Negeri 2 Gunung Jati, SMP Negeri 3 Sumber, SMP Negeri 2 Plered, dan SMP Negeri 2 Greged, dengan menggunakan metode penelitian studi kasus. Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran secara utuh pelaksanaan lesson study dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terkait pembinaan dan peningkatan kompetensi guru. Dari tujuan tersebut dapat dideskripsikan hal-hal berikut, yaitu (1) model  lesson study sebagai upaya pembinaan kompetensi pedagogik guru bahasa Indonesia, (2) dampak implementasi lesson study terhadap profil kompetensi pedagogik, guru bahasa Indonesia, (3) dampak lesson study terhadap mutu pembelajaran di dalam kelas.

B. Lesson Study dan Kompetensi Pedagogik Guru
Kompetensi guru mencakup kemampuan yang sangat beragam diantaranya kemampuan teknik, kemampuan pengambilan keputusan, kemampuan merefleksi secara kritis (“technical ability, decision-making capability, critical reflection capability“). Technical capabilities merupakan kemampuan teknik instruksional yang diperlukan untuk mengarahkan siswa pada kegiatan yang efektif. Kemampuan ini mencakup penggunaan dasar-dasar proses pengajaran, katerampilan, dan prosedur pengajaran untuk menciptakan pengalaman bermakna bagi siswa. Decision-making capability adalah kemampuan pengambilan keputusan  yang melibatkan penentuan pilihan dan menghasilkan tindakan sebagai alternatif penafsiran pada saat pengajaran maupun dalam perencanaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kemampuan untuk menentukan pilihan memerlukan pengetahuan, pemahaman, dan penguasaan kompetensi dasar. Misalnya, kapan pendekatan induktif atau deduktif digunakan dalam pembelajaran. Kemampuan ini penting dalam penyusunan tujuan dan perencanaan pengajaran. Critical  reflection capability adalah kemampuan merefleksikan pengajaran secara kritis, membutuhkan pengamatan dan analisis serta mempertimbangkan etika dan moral. Refleksi dapat meningkatkan pengembangan profesional karena didasari pengetahuan dan hubungan dialogis yang berkelanjutan. Agar efektif, refleksi harus didasarkan kondisi nyata di dalam kelas. (Lang, 2006:3).
Terkait masalah kompetensi guru, pemerintah mewajibkan setiap guru memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-undang RI No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen (pasal 8). Kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Pengertian kompetensi pedagogik tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sedangkan rinciannya tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Kompetensi pedagogik menurut PP No. 19 Tahun 2005 (penjelasan pasal 28) adalah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi pedagogik erat kaitannya dengan peran dan fungsi guru sebagai fasilitator pembelajaran di dalam kelas. Hal itu sejalan dengan bergesernya peran guru dari penyedia pengetahuan menjadi fasilitator pembelajaran (Lang, 2006:43). Sebagai fasilitator pembelajaran, di samping penguasaan akademis seperti subjek ajar, teori pembelajaran dan perkembangannya, serta keterampilan intruksional yang luas, guru juga harus mampu membangun komunikasi yang baik dengan siswa, memiliki kepedulian akan kekuatan dan kelemahan siswanya yang beragam.
Suasana pembelajaran di dalam kelas bergantung kepiawaian guru mengelola kelas. Sebagai fasilitator, ia adalah faktor kunci yang memegang kendali pembelajaran. Oleh karenanya guru harus selalu siap ketika memasuki kelas. Kesiapan yang dimaksud menurut Lang (2006:58) adalah pembelajaran, strategi, dan bahan ajar (“A teacher is in her classroom. The lesson has been prepared, strategies thought out, and materials are ready”). Selanjutnya, tidak hanya kesiapan fisik dan materi, rasa nyaman antara guru dan siswa pun perlu dibangun. Hal itu dapat terjadi jika seorang guru  menyukai dan menghormati murid-muridnya. Ketika seorang guru merencanakan pelajaran, maka kepentingan dan kemampuan siswa dipikiran dengan saksama  (“She enjoys and respects her students, and when she is planning her lessons, keep their interest and abilities in mind”, Lang, 2006:58).  Hal itu perlu dipahami oleh guru sebab ia dituntut untuk dapat mengupayakan “proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi untuk aktif, kreatif, mandiri sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.” (pasal 19 PP 19, 2005). Untuk mencapai amanat pasal 19 tersebut, seorang guru tidak hanya mampu membelajarkan siswa tetapi juga “mampu selalu memantau setiap individu siswa dalam pembelajaran” (International Development of Japan, 2009:4).  Dalam hal ini, guru bukanlah manusia super yang mampu mengembangkan kompetensinya secara “single fighter”. Guru adalah manusia dengan segala “fitrah” keterbatasannya. Oleh karenanya, ia perlu berkolaborasi dengan mitra sejawat, di antaranya melalui lesson study.   
Lesson study dilaksanakan dalam tiga tahap (Hendayana, 2006:10; Mulyana, 2007:5;  Susilo, 2009:32) yaitu tahap pertama adalah plan (merencanakan), tahap kedua adalah do (melaksanakan), dan tahap ketiga adalah see (merefleksi). Tahap perencanaan (plan) menurut Hendayana (2006:11) dan Susilo (2009:35) bertujuan menghasilkan rancangan pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa secara efektif dan berpusat pada siswa, membangkitkan partisipasi siswa dalam pembelajaran.  Perencanaan yang baik tidak dilakukan sendirian tetapi dilakukan bersama (kolaborasi).
Tahap pelaksanaan (do) pembelajaran untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam perencanaan. Seorang guru yang telah disepakati sebagai guru model mengimplementasikan rancangan pembelajaran. Guru-guru lain bertindak sebagai pengamat (observer) pembelajaran. Fokus pengamatan diarahkan pada kegiatan belajar siswa dengan berpedoman pada instrumen yang telah disepakati pada tahap perencanaan. Tahap do diawali dengan briefing yang dipimpin oleh kepala sekolah atau penanggung jawab lesson study. Briefing dimaksudkan untuk memberikan gambaran sekilas dari guru model mengenai pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pada kesempatan ini diingatkan pula kepada para observer untuk tidak mengganggu jalannya pembelajaran. Tugasnya hanya melakukan amatan berdasarkan instrumen tanpa intervensi pada proses pembelajaran. Observer diperkenankan mendokumentasikan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan kamera digital maupun kamera video.
Tahap refleksi (See) dimaksudkan untuk menemukan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan pembelajaran. Diskusi diawali dengan penyampaian kesan pemikiran guru model terhadap pembelajaran yang baru saja berlangsung. Selanjutnya, guru yang bertugas sebagai observer menyampaikan komentar dan pandangan terhadap pembelajaran. Pengamat dari luar sekolah, narasumber, menyampaikan apa lesson learned (Susilo, 2009:36) yang dapat diperoleh dari pembelajaran yang baru berlangsung terutama yang berkenaan dengan aktivitas siswa dalam pembelajaran.

C. Hasil Penelitian
Deskripsi data dijelaskan berdasarkan alur kegiatan guru setiap fase, berikut ini.
1. Persiapan Pembelajaran
Persiapan pembelajaran dilakukan oleh guru yang belum melaksanakan lesson study sekadar memenuhi kewajiban formal kelengkapan administrasi. Maka, RPP yang dipersiapkan oleh guru untuk keperluan supervisi akademis adalah RPP “mentah” (buatan sebuah penerbit) yang belum dikembangkan atau disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Bagi guru, RPP bukan untuk mempersiapkan pembelajaran yang akan disampaikan di kelas melainkan sekadar “jaga-jaga” jika ada pengawas datang dan menanyakan RPP. Dengan demikian, guru tidak membuat persiapan pembelajaran, ia masuk kelas dengan berbekal buku paket dan LKS cetakan sebuah penerbit, sedangkan RPP hanyalah seonggok dokumen yang tidak bermakna bagi pembelajaran di dalam kelas.
Berbeda dengan kondisi yang dijelaskan terdahulu, guru-guru yang melaksanakan lesson study melakukan persiapan pembelajaran secara kolaborasi dalam kegiatan plan. RPP yang sudah dibuat oleh guru model dibicarakan untuk mendapatkan masukan dari guru sebidang, sehingga guru berkesempatan merevisi RPP sebelum disampaikan kepada siswa dalam bentuk pembelajaran. Sebagai contoh, sebelum pelaksanaan plan kelompok yang dibentuk oleh guru berjumlah lima sampai dengan enam orang untuk kegiatan menulis memo. Hal itu, menurut pendapat koleganya tidak tepat sebab jumlah lima atau enam orang terlalu banyak untuk mengerjakan penulisan memo sehingga dikhawatirkan tugas kelompok tidak efektif. Untuk meminimalisasi kemungkinan ketidakefektifan kelompok, maka disarankan mengurangi jumlah kelompok hanya tiga atau empat orang saja.
Guru yang lain menyoroti kegiatan siswa, disarankan pada saat presentasi kelompok, tidak perlu semua kelompok ditampilkan karena tugas yang dikerjakan oleh setiap kelompok tidak berbeda. Cukup dua kelompok saja yang ditampilkan masing-masing membahas memo yang berbeda yaitu memo resmi atau memo tidak resmi. Sedangkan kelompok yang tidak presentasi memberikan tanggapan atau sanggahan. Waktu yang tersisa digunakan untuk kegiatan menyunting hasil tulisan kelompok lain. Sehingga waktu dua jam pelajaran dapat dikelola seefektif mungkin. Dengan demikian, sebelum memasuki kelas, guru sudah mempersiapkan pembelajaran secara maksimal.

2. Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru yang belum melaksanakan lesson study adalah pembelajaran yang tidak efektif. Pembelajaran dilaksanakan sekehendak guru. Hal itu terjadi karena pembelajaran yang dihadirkan oleh guru di dalam kelas bukan berdasarkan RPP melainkan berdasarkan LKS yang dibuat oleh penerbit. Guru berupaya tampil maksimal dalam menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan pada saat dikunjungi oleh kepala sekolah atau yang mewakilinya. Kunjungan yang bertujuan supervisi akademis. Ketika kunjungan itu berakhir, maka berakhir pulalah upaya guru untuk tampil maksimal. Ia kembali pada model pembelajaran “lama”, tidak memberi kesempatan siswa berdiskusi, tidak ada media pembelajaran, tidak ada permen yang dibagikan kepada siswa yang aktif. Guru membawa RPP ke dalam kelas (diberikan juga salinannya kepada supervisor), membawa media pembelajaran yang bagus, dan menyiapkan reward bagi siswa yang aktif dalam pembelajaran. Meskipun RPP dibawa oleh guru ke dalam kelas, pembelajaran yang disampaikan oleh guru berbeda dengan RPP yang dibawanya. Media yang dibawa guru tidak menunjang kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa. Siswa senang mendapat hadiah permen dari guru atas keaktifannya dalam pembelajaran. Setelah selesai pembelajaran, siswa saling menghitung jumlah permen yang didapatkan dari gurunya pada hari itu.
Pada situasi pembelajaran yang lain, berlangsung tidak menyenangkan (membosankan). Guru tidak berupaya membelajarkan siswa. Guru masuk ke dalam kelas memberikan pengajaran kepada siswa sesuai dengan suasana hatinya. Jika sedang bersemangat, ia akan berceramah selama dua jam pelajaran. Guru tidak peduli apakah siswa membuat catatan penting terhadap penjelasannya, apakah siswa mengerti materi yang dijelaskan oleh guru. Yang penting bagi guru adalah ia telah menyampaikan materi kepada siswa. Meskipun  materi yang disampaikan guru menyimpang dari RPP yang dibawanya ke dalam kelas. Meskipun guru mengetahui bahwa siswa tidak memusatkan perhatian pada penjelasannya. Jika sedang merasa malas, guru hanya menunggui siswa mengerjakan tugas selama dua jam pelajaran. Siswa mengerjakan tugas yang terdapat dalam LKS buatan penerbit, secara perorangan maupun kelompok. Sehingga pembelajaran berlalu tanpa kesan, siswa tidak mengetahui apa manfaatnya bagi mereka mempelajari suatu materi. Siswa juga tidak tahu apakah mereka telah berhasil mencapai kompetensi dasar. Selain itu, guru pun tidak mengetahui apakah siswa mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh atau tidak.
Guru-guru yang melaksanakan lesson study menghadirkan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. RPP yang dibuat oleh guru merupakan acuan bagi pembelajaran, sehingga tahap-tahap pembelajaran berlangsung secara sistematis dan terarah. Waktu dan kegiatan siswa dikelola secara efektif. Media pembelajaran yang digunakan sederhana namun mendukung materi dan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Kehadiran observer yang mengamati kegiatan siswa menjadikan mereka mengikuti kegiatan pembelajaran dengan sungguh-sungguh dan berusaha menampilkan yang terbaik bagi kelompoknya pada saat presentasi. Pembelajaran diakhiri dengan refleksi sehingga menimbulkan kesan positif bagi siswa. Mereka memahami kebermaknaan materi yang dipelajari bagi kehidupan mereka. Mereka mengerti mengapa materi pembelajaran itu penting. Selain refleksi setelah kegiatan pembelajaran, dilakukan pula refleksi antarguru, pengawas, fasilitator, dan kepala sekolah yang bertujuan membahas kelemahan dan kesulitan siswa dalam pembelajaran untuk dicarikan solusinya bersama-sama. Keterbukaan dalam fase see memungkinkan setiap peserta lesson study mendapatkan manfaat bagi peningkatan kompetensi pedagogik yang dimilkinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar