Eva fauziah

Muqoddimah

Teropong kalbu; meneropong raga dan jiwa, nun di kedalaman raga kalbu memimpin jiwa. Meneropong kalbu memberi secercah cahaya.

Eva Fauziah

Oase Peradaban

Seorang ibu adalah oase bagi kerontangnya peradaban. Ia bukan sekadar fatamorgana. Ibu, di telapak kakimu kunci surga di hamparkan. Jangan sekali-kali kau tendang jauh karena kunci itu akan hilang selamanya.

taro link gambar di sene
Selamat datang di blog saya, hubungi saya melalui e-mail jika ingin mendapatkan info. Terima kasih, maaf saya hanya ingin berbagi dengan tetap memegang etika penulisan

Rabu, 28 November 2012

Lesson Study



Implementasi Lesson Study sebagai Upaya Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia di SMP Kabupaten Cirebon

Eva Fauziah

Abstrak

Lesson study merupakan alternatif yang dapat dilakukan oleh guru bersama teman sejawatnya dalam rangka membudayakan belajar sepanjang hayat untuk terus meningkatkan kompetensi pedagogiknya secara mandiri yang berdampak langsung bagi perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran di dalam kelas. Oleh karena itu, implementasi lesson study sebagai model pembinaan dan peningkatan kompetensi pedagogik guru bahasa Indonesia memerlukan dukungan dari pihak-pihak terkait terutama kepala sekolah dan dinas pendidikan. Tanpa dukungan itu, maka lesson study hanyalah “mimpi” bagi guru-guru yang memiliki motivasi untuk meningkatkan kemampuannya.

Selasa, 13 November 2012

Antara Cerita Rakyat dan Pendidikan Karakter

Beberapa pakar sangat antusias dan mempercayai bahwa pembelajaran sastra dapat membantu pembentukan karakter suatu bangsa. Dalam hal ini, cerita rakyat yang penuh dengan nilai-nilai dan filsafat hidup berpengaruh terhadap pembinaan karakter siswa. Dalam sebuah seminar yang saya ikuti para narasumber sangat bersemangat memaparkan temuan-temuan dalam literatur bahwa pembelajaran apresiasi di sekolah berpengaruh positif pada pendidikan dan pembentukan karakter.

Aku termenung dan mencoba mencerna setiap pemaparan narasumber. Pikiranku melayang pada cerita rakyat yang menjadi kesukaan (favorit) anak-anak ketika aku masih di sekolah dasar. Nenekku mendongeng sebelum aku tertidur. Begitu juga guruku mendongeng di depan kelas dengan dongeng yang sama dengan nenekku. Perpedaan mereka mendongeng adalah bahasa yang digunakan; nenekku mendongeng dengan menggunakan bahasa Sunda sedangkan ibu guru mendongeng dengan berbahasa Indonesia. Dongeng itu begitu populer dan sangat disukai yakni "Si Kancil Mencuri Timun" atau menurut versi nenekku "Sakadang Peucang jeung Sakadang Kuya", inti cerita itu sama yakni menceritakan kecerdikan (kelicikan?) Si Kancil.

Aku berpikir jangan-jangan dongeng rakyat itu merupakan salah satu biang keladi tindak amoral sebagian besar bangsa kita. Betapa tidak Si Kancil yang disanjung-sanjung karena kecerdikannya itu tidak menampilkan perilaku positif. Ia dengan kecerdikannya berupaya mengambil sesuatu yang bukan haknya dengan cara mencuri (timun). Ketika ia tertangkap oleh Pak Tani, sekali lagi Si Kancil menggunakan kecerdikan dan kepiawaiannya membohongi sahabatnya sendiri (Si Monyet/Si Kura-kura) sehingga sahabatnya itu menjadi "kambing hitam" dan harus menanggung dosa akibat perbuatan Si Kancil. Si Monyet/Si Kura-kura pun tak kalah mencari akal agar terlepas dari hukuman Pak Tani atas tindakan yang tidak pernah dilakukannya. Cara yang dilakukan Si Monyet adalah menipu Pak Tani dengan berpura-pura mati sehingga selamatlah ia dari pisau hukum Pak Tani. Tinggalah Pak Tani yang merana. Malang benar nasib Pak Tani itu. Kebunnya dirusak ditipu mentah-mentah pula, maka tidaklah mengherankan jika kemudian generasi muda tidak berminat menjadi petani. Banyak sarjana pertanian yang menjadi pegawai bank, pegawai rumah sakit, bisnis properti atau instansi lain yang tidak berkaitan dengan pertanian. Alhasil tanah-tanah pertanian nan subur disulap menjadi perumahan mewah sampai sederhana, lapangan golf, wahana bermain, jalan tol, dan seterusnya. Akhirnya Si Kancil telah berhasil mengubah pola agraris menjadi industrialis. gemah ripah loh jinawi menjadi gegap gempita kapitalisme.