Tinjauan Sosiolinguistik atas Ragam Bahasa Masyarakat Desa Sidawangi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Desa Sidawangi secara georgafis terletak di kecamatan Sumber kabupaten Cirebon. Desa Sidawangi berbatasan dengan beberapa desa, yaitu:
· Di sebelah Selatan berbatasan dengan desa Nanggela. Desa ini termasuk wilayah kabupaten Kuningan, dengan bahasa daerahnya adalah Sunda.
· Di sebelah Utara berbatasan dengan desa Babakan (termasuk kecamatan Sumber, kabupaten Cirebon). Masyarakat desa ini menggunakan bahasa Jawa dalam komunikasi sehari-hari.
· Di sebelah Barat berbatasan dengan desa Matangaji (termasuk kecamatan Sumber, kabupaten Cirebon) dengan bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Sunda.
· Di sebelah Timur berbatasan dengan desa Kubang (termasuk kecamatan Sumber, kabupaten Cirebon). Masyarakat desa Kubang menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa pergaulan sehari-hari.
Jumlah penduduk desa Sidawangi adalah 6.200 jiwa dengan mata pencaharian penduduknya sebanyak 80 persen adalah petani penggarap, sisanya bermata pencaharian sebagai pedagang dan PNS. Tingkat pendidikan sebagian besar masyarakatnya adalah SMA dan sedikit SMP serta sarjana. Sedangkan anak-anak mereka melanjutkan sekolah hanya sampai SMA, sebagian kecil saja melanjutkan ke perguruan tinggi (Bandung, Jakarta dan Cirebon)
Bahasa yang digunakan masyarakat di kabupaten Cirebon adalah bahasa Cirebon (Jawa Cirebon). Tetapi berbeda dengan bahasa masyarakat kabupaten Cirebon pada umumnya yang menggunakan bahasa Cirebon sebagai bahasa pergaulan sehari-hari, sebagian besar masyarakat desa Sidawangi menggunakan bahasa Sunda sebagai “Bahasa Ibu” dalam komunikasi sehari-hari dari kalangan anak-anak sampai kalangan tua. Hal tersebut terlihat dari wawancara penulis dengan berbagai kalangan masyarakat di desa Sidawangi. Perhatikan dialog 1 berikut ini, antara penulis dengan narasumber (ibu rumah tangga berusia 70 tahun)
Tanya
|
: Di antara Bahasa Jawa dan Indonesia, ngartos mana?
|
Jawab
|
: Sunda!
|
Tanya
|
: Sanes, Bahasa Indonesia sareng Jawa?
|
Jawab
|
: Muhun ge da teu tiasa ngabedarkeunana, bilih salah kitu.
|
Perhatikan pula dialog 2 antara penulis dengan anak-anak kelas 4 SDN Sidawangi 2 ketika sedang bermain di sekitar rumah.
Tanya
|
: “Di sekolah pake bahasa apa, Neng?”
|
Jawab
|
:” Campuran Sunda sama bahasa Indonesia.”
|
Tanya
|
: “Kalau bermain dengan teman-teman?”
|
Jawab
|
: “Bahasa Sunda.”
|
Tanya
|
: “Di rumah dengan ayah dan ibu?”
|
Jawab
|
: “Bahasa Sunda.”
|
Begitu pun beberapa peristiwa tutur yang dapat direkam oleh penulis membuktikan bahwa masyarakat Desa Sidawangi menggunakan bahasa Sunda dalam komunikasi sehari-hari baik di lingkungan keluarga maupun di masyarakat pada umumnya. Bahwa masyarakat Sidawangi memiliki keunikan dalam berbahasa dapat dipahami karena letak wilayahnya yang berbatasan dengan kabupaten Kuningan, menyebabkan pengaruh bahasa Sunda lebih besar daripada bahasa Jawa.
ANALISIS DATA
Ragam Bahasa dan Kosa Kata Petugas Pos Yandu
Tahap awal dalam analisis adalah pendeskripsian data (Nur’aeni, 2009:5) yaitu menyajikan data rekaman peristiwa tutur dalam bentuk transkripsi data. Setelah data ditranskripsikan ke dalam bentuk tulisaan, lalu disajikan dalam bentuk tabel. Tabel berikut ini merupakan hasil pendeskripsian data.
Tabel 1. Deskripsi Data di Pos Yandu Blok Cikadu Desa Sidawangi
Partisipan
|
Tuturan
|
Keterangan
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
Xı
|
Nih, A! Saeutik deui naek na.
|
Xı: Petugas Pos Yandu (31th)
|
X2
|
Yeh, Tong!
| |
Xı
|
Ceu, ngiring KB naon ayeuna?
|
X2: Petugas Pos Yandu (32th)
|
Y
|
Suntik
| |
Xı
|
Aya program gratis tanggal dua puluh dua sasih ieu.
|
Y: Warga
(ibu rumah tangga, 30th)
|
Y
|
Pas suntik ulang kaping dua puluh dua.
| |
Xı
|
Tah bilih bade implan atawa IUD, spiral, kaping dua puluh dua Rebo depan ka puskesmas sumber nya!
| |
X2
|
Geus implan bae tah nya!
| |
Y
|
Enya, Insya Allah.
| |
Xı
|
Heunteu kena, abdina ngadep kena langsung daptar.
| |
X2
|
Lamun rek minat, anu IUD anu di dieu anu implan di dieu. Anu implan tilu taun. Teu nanaha!
| |
Xı
|
Saya IUD. Implan itu tidak jelek, Bu. Cuman ini kan ada program penekanan penduduk. Sewaktu-waktu pemerintah mengadakan program gratis.
| |
Y
|
He’eh.
| |
Xı
|
He’eh, apan teu kudu selamana gantina. Da hoyong ieu, bebas. Jadi bukan jelek kalo obat ..e.. mentang-mentang gratis katanya Saya IUD . Implan itu tidak jelek, Bu. Cuman ini kan ada program penekanan penduduk. Sewaktu-waktu pemerintah mengadakan program gratis.jelek. Bagus sama nya. Engga, Bu. Cuman ada program dari pemerintah ulang taun ABRI.
| |
X2
|
Barangkali ada yang tidak mampu kan bisa.
| |
Xı
|
Mun abdi mah implan yang gratis itu, engga apa-apa ini kan program gratis dari pemerintah. Tapi ongkos sama karcis sendiri gitu, ya, Bu, yah? Nanti Rabu tanggal dua dua implan sama itu IUD. Ai implan mah jarum na hiji di dieu di taro di dieu. Ibu ieu contona (menunjuk X2) sudah pernah dua kali, engga apa-apa, angga ada keluhan. Engga kempleng engga apa. Sama saja kan, disuntik juga suka ada keluhan, suka panas dingin gitu. Sama saja, Bu kalau KB mah.
| |
Ke lamun ibu daptar ka Aan ke ku Aan didaptarkeun
ka puskes.
| ||
Y
|
Mens na lancar?
| |
X2
|
Lancar setiap bulan
| |
Kadang teu emen-emen
| ||
X2
|
Ah heunteu, urang geuning lancar. Nya kadang di heuleut, lamun cenah sabulan dua bulan teu lancar, ke bulan payunna ke kaluar deui , kitu biasa wae
| |
Xı
|
Ayeuna disuntik lancar?
| |
Y
|
Henteu, henteu emen
| |
Xı
|
Makanya sama saja kan? Tapi yang lebih bagus mah di IUD. Kalau IUD teh, Bu henteu menyatu ka darah. Jadi kalo kita engga cocok juga gampang dibuka. Jadi ke badan tuh engga. Kan itu mah hormon, kalo itu mah engga. Jadi lebih baik di IUD kalau ibu pengen itu mah, ya?
| |
Y
|
He eh
| |
Xı
|
Hormonnya beda kalau IUD, kalau implan sama aja sama suntik sama aja sama pil
| |
X2
|
Jadi daptar bae ayeuna nya, di daptarkeun langsung
| |
Y
|
Hem ...hem
| |
Xı
|
Teu nanaon. Milih na naon? Suntik kan?
| |
X2
|
Jadi urang tanggal dua puluh dua gratis.
| |
Y
|
Nyeri henteu
| |
Xı
|
Henteu, teu karaos. Komo ibu lamun nuju dongkap bulanna eta dipasang teh teu karaos.
| |
X2
|
Nya daptar langsung. Siti Eko
|
Berdasarkan analisis data di atas dapat dilihat bahwa ragam bahasa yang digunakan oleh petugas pos yandu pada saat kegiatan pelayanan ibu dan balita adalah ragam bahasa fungsional yang berkaitan dengan bidang kesahatan dan KB. Hal itu dapat dilihat dari register yang digunakan, yaitu:
KB - /kabé/ - ‘keluarga berencana adalah program pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan penduduk’
IUD - /ayyudi/ - ‘alat kontrasepsi yang dipasang di dinding rahim’
spiral - /spiral/ - ‘salah satu jenis IUD’
implan - /implan/ - ‘alat kontrasepsi yang dipasang di lengan, seperti “susuk”’
puskesmas - /puskesmas/ - ‘pusat kesehatan masyarakat’
suntik - /suntik/ - ‘pencegahan kehamilan dengan menggunakan cairan obat yang disuntikkan ke dalam tubuh’
pil - /pil/ - ‘obat untuk pencegahan kehamilan dalam bentuk tablet yang diminum’
nuju dongkap - /nuju doŋkap/ - ‘dalam keadaan menstruasi’
Kata sapaan A /a’/ kependekan dari Aa /aa’/ dan Tong /toŋ/ kependekan dari Otong /otoŋ/ digunakan untuk anak laki-laki, seperti dalam tuturan Nih, A! Saeutik deui naék na - /nih a’ saǝtik dǝi nayék na/ dan Yeh, Tong! - /yǝh toŋ/. Sedangkan untuk menyapa perempuan dewasa digunakan kata Ceu /cǝ’/ kependekan dari kata Ceuceu dan Bu /bu’/ kependekan dari kata Ibu, seperti dalam tuturan Ceu, ngiring KB naon ayeuna? - /cǝ, ŋiriŋ kabé nawon ayǝna/ dan Implan itu tidak jelek, Bu. - /Implan itu tidaˀ jǝlék, Bu/.
Sebagaimana masyarakat Indonesia pada umumnya yang berciri diglosik, dapat dijumpai pada masyarakat desa Sidawangi yang menggunakan bahasa Sunda dan bahasa Indonesia secara bersamaan dalam satu proses komunikasi. Perhatikan penggunaan bahasa Sunda dan bahasa Indonesia baik secara alih kode maupun campur kode seperti dalam contoh tuturan (Xı) berikut ini:
(a) Heunteu kena, abdina ngadep kena langsung daptar.
(b) Saya IUD. Implan itu tidak jelek, Bu. Cuman ini kan ada program penekanan penduduk. Sewaktu-waktu pemerintah mengadakan program gratis.
(c) Makanya sama saja kan? Tapi yang lebih bagus mah di IUD. Kalau IUD teh, Bu henteu menyatu ka darah. Jadi kalo kita engga cocok juga gampang dibuka. Jadi ke badan tuh engga. Kan itu mah hormon, kalo itu mah engga. Jadi lebih baik di IUD kalau ibu pengen itu mah, ya?
Petugas pos yandu (Xı) menggunakan bahasa Sunda (a) ketika mengajak seorang ibu untuk mengikuti program implan gratis. Kemudian beralih menggunakan bahasa Indonesia (b) ketika menjelaskan program implan gratis. Tetapi pada tuturan berikutnya (c) tampak penggunaan bahasa Sunda dan bahasa Indonesia yang bercampur-baur.
SIMPULAN
Dari deskripsi dan analisis data terdahulu dapatlah disimpulkan tentang penggunaan bahasa dalam komunikasi sehari-hari masyrakat desa Sidawangi, sebagai berikut:
1. Masyarakat desa Sidawangi menguasai tiga bahasa yaitu bahasa Sunda, bahasa Indonesia, dan bahasa Jawa. Di antara ketiga bahasa tersebut, bahasa Sunda lebih dominan digunakan sebab mereka “berbahasa ibu” bahasa Sunda.
2. Sebagian dari mereka menguasai bahasa Indonesia dan bahasa Jawa sebatas pemahaman saja, mengerti ketika diajak berbicara dengan bahasa tersebut, tetapi tidak dapat melisankannya.
3. Interferensi bahasa Sunda ke dalam bahasa Indonesia atau sebaliknya interferensi bahasa Indonesia ke dalam bahasa Sunda lebih sering terjadi daripada dengan bahasa Jawa.
kak boleh minta ga ini ? tolong dikirim k email q dong srimulyani2211@gmail.com
BalasHapus